Sabtu, 5 Mei 2018
Tepat sehari setelah ulang tahunku yang menginjak kepala dua ini aku melakukan perjalanan spiritual naik gununglagi untuk yang kedua kalinya. Kali ini gunung yang aku naiki adalaah… Ya, seperti yang tertera di judul post ini.
Awal perencanaan karena mas Aji, yang bikin status pengen mendaki sebelum ramadhan dan aku mulai dalam keadaan ketagihan naik gunung jadi aku ikut.
Persiapan yang mendadak karena udah punya pengalaman apa yang harus dibawa. Tidak seperti persiapan pendakian sebelumnya yang harus nyewa peralatan dua malam, persiapan kali ini menyewa peralatannya di pagi harinya, jam 8 sesuai bukanya toko penyewaan alat camping / outdoor. Dan juga untuk membeli logistiknya, tidak beli banyak banyak yang sampai menghabiskan ratusan ribu lagi. hahah
Barang yang aku sewa kali ini yaitu tenda yang berkapasitas 5 orang, untuk 4 orang, tas carrier, headlamp, dan cover bag yang sebenernya nggak kepake. Untuk makanan/minumannya aku beli air mineral 2 botol besar, dan madu 5 bungkus. Untuk jajanan cemilannya dibeli saat udah sampai Selo, Boyolali.
Berangkat dari Jogja sekitar jam 8.40 WIB karena tempat penyewaan peralatannya lumayan jauh dan harus balik lagi ke kos buat packing packing barang yang udah disiapkan.
Aku jalan menuju ke Selo lewat Jl. Gamping – Sidoarum, kemudian Jalan Sidomoyo lurus terus sampai Jl. Magelang, lalu pas sampai Mungkid baru belok kanan untuk menuju Selo. Karena kalo lewat ringroad terus langsung ke Jalan Magelang akan lebih jauh, soalnya aku tinggal di Gamping, yang mana jogja bagian barat dan jalan Magelang arahnya agak serong ke barat juga.
Meeting point kita sekitar jam 11 di Masjid Selo, dan aku sampai sana juga jam 11 tapi lebih sedikit, dan ketemu mas Aji yang udah sampai di Masjid Selo sekitar jam 10.30.

Setelah nunggu yang lain, setelah sholat Dzuhur yang dijamak dengan Ashar kami sudah berkumpul satu rombongan yang terdiri dari 4 orang, yaitu aku sendiri, Mas Ulul, Mas Salim, dan Mas Aji.
Rute pendakian sempat berubah karena sebelumnya rencananya akan naik via Selo Gancik, kali ini naik via Selo Lama. Disitu karena aku ngga tau apa-apa dan yang penting naik gunung, maka ngikut aja lah. Saat menuju ke basecamp, kami sempet diberhentikan oleh orang yang meminta karcis tanda masuk, yang sebenarnya itu untuk masuk ke kawasan desa selo gancik. Saat sebelum di parkiran selo lama, aku ngeliat pemandangan yang begitu instagramable, meski cuman ladang dan terletak di daerah yang tinggi.
Sesampainya di daerah jalur pendakian Gunung Merbabu via Selo Lama, kita diberhentikan lagi oleh warga yang benar warga daerah sini untuk membayar uang masuk ke desa tersebut. Lalu masuk ke parkiran dan membayar uang 5rb.

Persiapan dan pengecekan serta packing ulang dilakukan di basecamp tempat parkir biar pada saat naik tidak menahan beban yang terlalu berat. Setelah selesai, langsung naik menuju ke tempat pendaftaran simaksi dan membayar uang sejumlah 15rb. per orang.
Medan yang harus dilalui pada saat naik merbabu ini cukup enak, karena area pertama yang dilalui adalah hutan yang landai, berhawa sejuk dan tidak terlalu naik. Trek seperti ini sampai pos 1.
Setelah pos satu akan ada trek naik sampai di pos kota / simpang macan. Dan setelah pos ini, kita mulai melewati area yang terbuka, dan bertanah lempung.
Di pos kota ini adalah pos peristirahatan sebelum sampai di pos 2, yang total perjalanan dari pos 1 sekitar 2,5 jam.
Pendakian akan menyatu menjadi satu arah dengan jalur via Selo Gancik di pos 3. karena di pos 4 sudah sampai di Sabana 1
Trek yang lumayan berat harus dilalui sepanjang jalan menuju ke sabana 1 karena naik dan penuh debu. Karena tanahnya lempung / liat, jadi kalo musim hujan disini becek. Karena itu ada tali di beberapa spot untuk membantu pendaki naik.
Aku dan teman-teman sampai di sabana 1 sekitar jam 5 sore. Dan mendekat ke arah matahari akan terbenam agar bisa merasakan indahnya sunset di Gunung Merbabu.


Sampai sekitar matahari sudah tenggelam, aku dan teman-teman beristirahat sebentar untuk sholat maghrib sekalian dijamak isya’. Sesudahnya, kami membuat api untuk memasak mie karena perut yang sudah mulai lapar.
Angin yang berhembus kencang pada saat petang di sabana 1 membuat badanku menggigil, untungnya Mas Ulul membawa jaket dobel sehingga bisa aku pinjam agar mendingan ngga kerasa dinginnya.
Baru setelah sekitar jam 7 malam, kami mulai bersiap untuk naik lagi ke sabana 2. Seperti sebelumnya yang merencanakan mendirikan tenda di Sabana 2 agar tidak terlalu jauh pas mau ke puncak.
Sampai di sabana 2 dengan keadaan kedinginan, karena angin yang begitu kencang. Di setiap jengkal tanah kebanyakan sudah banyak teman-teman pendaki lainnya yang mendirikan tenda, aku dan teman-teman memilih bagian ujung sabana 2 untuk mendirikan tenda.
Karena aku masih awalan, jadi aku kurang tau banyak hal tentang bagaimana mendirikan tenda, meski dulu aku anak pramuka. Jadi aku hanya bertugas memasukkan besi ke tenda, lalu membantu memegangi salah satu sudut tendanya.
Tenda kami berukuran cukup besar,


Trek yang lumayan berat harus dilalui sepanjang jalan menuju ke sabana 1 karena naik dan penuh debu. Karena tanahnya lempung / liat, jadi kalo musim hujan disini becek. Karena itu ada tali di beberapa spot untuk membantu pendaki naik.
Aku dan teman-teman sampai di sabana 1 sekitar jam 5 sore. Dan mendekat ke arah matahari akan terbenam agar bisa merasakan indahnya sunset di Gunung Merbabu.


Sampai sekitar matahari sudah tenggelam, aku dan teman-teman beristirahat sebentar untuk sholat maghrib sekalian dijamak isya’. Sesudahnya, kami membuat api untuk memasak mie karena perut yang sudah mulai lapar.
Angin yang berhembus kencang pada saat petang di sabana 1 membuat badanku menggigil, untungnya Mas Ulul membawa jaket dobel sehingga bisa aku pinjam agar mendingan ngga kerasa dinginnya.
Baru setelah sekitar jam 7 malam, kami mulai bersiap untuk naik lagi ke sabana 2. Seperti sebelumnya yang merencanakan mendirikan tenda di Sabana 2 agar tidak terlalu jauh pas mau ke puncak.
Sampai di sabana 2 dengan keadaan kedinginan, karena angin yang begitu kencang. Di setiap jengkal tanah kebanyakan sudah banyak teman-teman pendaki lainnya yang mendirikan tenda, aku dan teman-teman memilih bagian ujung sabana 2 untuk mendirikan tenda.
Karena aku masih awalan, jadi aku kurang tau banyak hal tentang bagaimana mendirikan tenda, meski dulu aku anak pramuka. Jadikapa aku hanya bertugas memasukkan besi ke tenda, lalu membantu memegangi salah satu sudut tendanya.
Tenda kami berukuran cukup besar, dengan kapasitas 5 orang untuk 4 orang saja. Dan setelah tenda berdiri, aku bantu-bantu beresin dalam tenda, yang lain siap-siap membuat api untuk membakar ubi dengan arang yang sudah disiapkan dari rumah.
Dan aku tertidur~
Bangun di pagi hari dengan badai di sekitar, angin membabi buta tenda dan dingin yang menusuk tulang menembus rongga sleeping bag yang cukup tebal. Entah 1 kaos, 2 jaket, celana panjang + kaos kaki, ditutup dengan sleeping bag masih aja kurang hangat alias dinginnya masih terasa.
Bangun bangun sekitar jam 6, dan sholat subuh di dalem tenda dengan tayamum, yang awalnya kebalik kiblatnya, jadi harus mengulang lagi.
Mas Aji yang bangun duluan memasak air untuk membuat susu, agar perut kita sedikit terasa hangat.

Setelah itu sekitar jam 8 kami menuju ke puncak. Dengan hanya membawa treking poll dan tas untuk tempat hp, aku melangkah naik ke puncak.
Jalan ke puncak ini cukup nanjak, dan juga berpasir. Saranku jika temen-temen baru mau mendaki gunung merbabu, siapkan buff, sarung tangan, dan treking poll karena ini akan sangat membantu pada saat pendakian. Buff yang digunakan untuk menghindari dari debu, dan memfilter udara yang masuk pada saat udara dingin, agar paru-paru kita tetap sehat, sarung tangan digunakan untuk menahan dingin di tangan, dan juga agar pada saat treking kita bisa menggunakan tangan kita untuk memegang tempat yang keras, dan treking poll ini sangat berguna untuk menahan tubuh kita dan memberi energi kepada tangan untuk membantu pada saat naik/turun.

Berjuang mendaki dengan sisa tenaga agar sampai di puncak gunung merbabu. Aku akhirnya mencapai puncak setelah banyak istirahat dan menikmati pemandangan yang begitu masya Allah ini. Puncak pertama yang aku singgahi adalah Puncak Kentengsongo, yaitu puncak yang ada di timur / kanan pada saat naik.




Setelah puas menikmati puncak kentengsongo, Mas Aji mengajak aku, mas Ulul dan mas Salim untuk pindah ke Puncak Triangulasi yang tempatnya lebih luas dari puncak kentengsongo.


Akhirnya setelah menikmati pemandangan yang begitu indahnya di puncak gunung merbabu, aku dan temen-temen memutuskan untuk kembali ke tenda.
Saat turun ke tenda lebih enak karena bisa sambil seluncuran di pasir dan mengeremnya menggunakan treking poll.
Sampai di tenda, kami makan pagi dan berbincang-bincang sambil tiduran.
Kami mulai membongkar tenda sekitar pukul 12 siang, di saat membongkar tenda, tenda sebelah juga sedang dibongkar, dan yang paling berkesan adalah mereka menyetel lagu Menunggu Kamu – Anji di sabana 2 dengan mode repeat one song, jadi yang di puter itu terus sampai-sampai menjadi ear worm di kapalaku.
Setelah tenda terbongkar, kami menuruni merbabu setelah sholat dzuhur + ashar di sabana 2.

Untuk kali ini, kecepatanku menuruni gunung sudah lumayan bagus daripada kemarin yang di Merapi, sekarang aku sudah bisa berlari meski ujung-ujungnya masih istirahat.
Dan setelah sampai di pos 1, kakiku mulai ngogel dan langkahku juga melambat. Karena sebelumnya mas Ulul juga jalannya pelan dari atas, sampai-sampai mas Ulul sudah menemuiku setelah di pos 1 pada saat turun. Karena saking hausnya, aku minta dua teguk air sama orang yang lewat yang kebetulan satu pasangan.
Terima kasih mas, siapapun kamu, semoga kalian langgeng.
Akhirnya aku sampai ke tempat parkir motor walau sambil jalan tertatih menahan lelah. Dimana mas Aji dan mas Salim sudah menunggu sekitar satu jam di tempat parkir karena memang mereka jalannya cepat sekali pas turun.
Kami menuju ke Selo untuk makan karena lapar, seperti biasa Mie Ayam setelah mendaki

Di kecamatan Selo ini kita akan menjumpai teman-teman pendaki yang khas membawa tas carrier dari penjuru daerah.
Setelah selesai makan, izin pulang duluan agar bisa mengembalikan tenda tepat waktu. Sekitar jam 5 aku mulai meninggalkan Selo, menuju ke Jogja lagi.
melanjutkan cerita, sayang kalo ngga dipost
banyak yang terlewat
13 Mei 2018
di Kos sri tanjung, gamping, sleman
Yogyakarta