Terpenjara Dalam Pikirannya Sendiri

Kemarin ceritanya saya sedang motoran di daerah jalan magelang. Saya terinspirasi menulis judul ini karena di pertigaan dekat Borobudur Plaza terkena lampu merah dan berhenti. Saat berhenti, di depan saya ada anak berusia belasan tahun, masih muda, cowok, tidak menggunakan alas kaki, sedang melakukan atraksi kayang dan setelah itu meminta uang kepada para pengguna jalan yang merasa terhibur atau mungkin iba melihatnya.

Saya juga sempat terpikir untuk menuliskan pikiran saya ini ketika berada di lampu merah dekat Terminal Giwangan. Disana saya kerap melihat anak muda yang memberi amplop beserta surat yang entah apa tulisannya kepada setiap pengguna jalan yang sedang menunggu lampu merah berganti. Kemudian orang tersebut kembali lagi dan mengambil amplop dan mungkin sambil berharap ada orang yang mengisinya.

Engga, saya engga akan menyalahkan apa yang mereka lakukan. Toh itu semua tidak ada hubungannya dengan kehidupan pribadi saya. Saya tahu mungkin itu salah satu caranya untuk menyambung hidup.

Yang saya miriskan adalah mereka yang masih muda, masih memiliki semangat jiwa yang tinggi, masa depan yang panjang, dan waktu yang banyak luangnya melakukan hal yang menurut saya tidak semestinya di usianya.

Dunia ini luas jika dipandang, tapi pikiran kita sendirilah yang mempersempitnya. Kita sering ragu mau melakukan sesuatu, padahal belum dicoba. Kita sering takut untuk mengambil keputusan, padahal jika dilakukan tidak seseram itu.

Bahkan saya sangat kagum sama orang yang usianya dibawah saya, tapi sudah melakukan banyak hal, melakukan dan belajar banyak hal yang berbeda dan tidak monoton. Mereka sadar bahwa masih terlalu dini usianya untuk melakukan hal yang tidak mereka suka.

Dengan itu saya sendiri sadar bahwa ketidakmungkinan yang sebenarnya mungkin semua bersumber karena pikiran kita sendiri yang menolaknya. Terlepas lagi jika ada dukungan orang lain untuk mentidakmungkinkan.

Saya berusaha untuk tetap memperluas pikiran saya dengan membaca buku, mendengarkan setiap orang lain berbicara, pergi ketempat yang belum saya kunjungi sebelumnya, mengamati kejadian kejadian yang terjadi di jalan saat motoran dan lain lain. Be open minded.

Memenjarakan pikiran kita hanyalah akan memperburuk kondisi kita sendiri. Tidak berkembang dan seolah seperti mayat yang bergerak.

Mohammad Hatta pernah bilang, “Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas”.


Nulis daripada tiduran, sebelum berangkat ke jakal
Kamis, 9 Agustus 2018
di kos sri tanjung, kamar no 1
Gamping Lor, Gamping, Sleman
Yogyakarta

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s