Semakin beranjak dewasa semakin kita dihadapkan dengan masalah-masalah yang terjadi di rentang usia 20-30 tahun atau yang disebut Quarter Life Crisis. Sebagian menanggapinya biasa-biasa saja, sebagian mulai memikirkan bagaimana kedepannya.
Di era sosial media sekarang banyak sekali orang yang pamer melalui foto-fotonya yang kemudian membuat kita merasa orang lain lebih bahagia, orang lain terlihat selalu bersenang-senang yang malah bisa membuat kita depresi sendiri nantinya.
Saya mendapati cuplikan video yang bagus buat menggambarkan maksud saya.
Dari situ kita bisa melihat bahwa kebanyakan orang yang mengupload foto-fotonya di social media eg. Instagram, Twitter, Facebook bukan hasil nyata dari yang dia lakukan. Contohnya kita bisa bercermin ke diri sendiri,
Berapa banyak capture foto yang akan kita pilih hanya untuk sekali upload ke instagram?
Berapa banyak uang yang kita keluarkan untuk pergi ke suatu tempat atau restoran atau cafe bukan untuk menikmati suasananya melainkan hanya untuk mengambil foto saja?
Berapa banyak uang yang kita keluarkan untuk membeli peralatan atau perangkat yang hanya akan digunakan untuk pamer ke sosial media?
Padahal di usia yang sudah bukan tergolong remaja itu kita harus sudah mulai memikirkan masa depan, bagaimana finansial kita, bagaimana hubungan kita dengan pasangan, bagaimana rencana-rencana kehidupan yang ideal di waktu yang akan datang.
Seberapa pun gaji kita ngga akan cukup untuk memenuhi gaya hidup. Dan salah satu cara untuk mengatasi budaya hedonisme sekarang adalah dengan tidak banyak-banyak menghabiskan waktu di sosial media, dan mulai mengatur budgeting finansial kita.
Saya sendiri sekarang mulai akan menerapkan prinsip hidup minimalis. Segala sesuatu barang yang tidak saya butuhkan akan saya singkirkan dari hidup saya. Berawal dari membaca buku goodbye things hidup minimalis ala orang jepang, yang banyak memberi saya wawasan tentang kepemilikan suatu barang.
Afrijal Dzuhri 