Beberapa bulan yang lalu saat saya masih di kantor lama, atasan saya mas Aves menyuruh tim pergi ke ruang kedap untuk ngobrol santai, bukan masalah teknis atau kerjaan.
Di dalam sana dia menyuruh kami untuk menyebutkan apa yang selama ini kami inginkan, apa yang menjadi goal atau tujuan kami. Ada yang menyebutkan ingin punya rumah, ingin naik haji, ingin pergi ke korea, ada yang ingin hidupnya tenang, dsb.
Kemudian mas Aves menjelaskan bahwa otak kita hanya bisa / lebih mudah melakukan hal-hal yang simple atau sederhana.
Misalnya, jika goal / keinginan kita ingin pergi ke korea, kita bisa mulai dengan apa kita sudah punya paspor? jika belum maka bikin paspor, jika sudah kita bisa memulai mencari tahu berapa harga tiket ke korea, kemudian bikin daftar yang ingin dilakukan disana, lalu tentukan berapa biaya yang akan digunakan. Dari situ bisa terhitung jumlah biayanya. Dari jumlah itu kita bisa lihat berapa uang yang kita miliki. Jika sudah memenuhi maka bisa langsung ke langkah membeli tiketnya.
Target merupakan tujuan akhir, otak kita akan kesulitan mencari jalan jika kita langsung memikirkan hasilnya atau memikirkan bagaimana tujuan itu langsung bisa tercapai. Instead, kita bisa break down tujuan itu menjadi hal-hal kecil yang bisa kita lakukan untuk tujuan tersebut.
Kalo kita ingin di pagi hari bisa jogging keliling komplek 10 kali. Bukan 10 kali yang kita pikirkan, melainkan setiap langkah yang kaki kita ayunkan sampai kita berhasil berkeliling 10 kali.
Kalo kita ingin bisa menghabiskan satu buku dalam satu minggu bukan tebal bukunya yang kita pikirkan, melainkan kita duduk di sofa atau di kursi lalu buka bukunya, baca kata per kata di buku tersebut, baca sampai satu paragraf, baca lagi sampai satu bab, ulangi sampai bukunya selesai.
Saya terinspirasi menulis ini karena selesai nonton video dibawah.
semoga bermanfaat dan menginspirasi.
Belum makan nasi, perut laper
Sabtu, 19 Januari 2019
di Perum. Grand Harmony Residence No. 23
Karangwuni, Caturtunggal, Depok, Sleman
Yogyakarta