Janji yang Mengikat

3 tahun yang lalu, pada saat awal berkenalan tidak ada yang bisa menghubungkan ke dua titik untuk bertemu. Semuanya berjalan beriringan ibarat dua garis yang sejajar, ditarik dari mana dan ke mana sampai mana pun tidak akan pernah ketemu, begitu kata guru matematika saya dulu.

Untuk itu, perlu suatu titik kelok di antara salah satu dari keduanya. Berkat titik kelok tersebut si garis akan menuju ke garis lainnya yang menyebabkan terjadinya pertemuan dua garis di satu titik.

Seperti yang sudah aku tuliskan di post sebelumnya, es krim menjadi tali yang mengikat kita berdua untuk berjumpa. Qadarullah mungkin jika aku tidak berjanji ingin membelikannya es krim, aku tidak bisa bertemu dengannya. Tidak bisa membuat bahasan-bahasan untuk obrolan selanjutnya. Dan kedua garis pun akan terus berjalan sejajar tanpa adanya pertemuan.

Semakin garis itu terus berjalan, ternyata garis tidak berjalan datar seperti yang sering kita lihat di soal matematika. Banyak sudut yang terbentuk, banyak lengkungan yang terwujud. Bahkan di suatu ketika, kedua garis tersebut pernah saling berjalan menjauh dari orbitnya.

Sekarang, es krim bukanlah media pererat yang lebih baik daripada saat di awal. Mungkin akan cepat meleleh, dan melunakkan conenya. Untuk saat ini, biarkan niat baikku yang sudah aku utarakan ke orang tua menjadi pererat dan pengikat garis kita.


aku yang sudah mandi
Minggu, 19 Mei 2019
di meja ruang tengah
Perum. Grand Harmony Residence No 23
Karangwuni, Caturtunggal, Depok, Sleman
Yogyakarta

One thought on “Janji yang Mengikat

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s