
Dua bulan terakhir di tahun 2019 merupakan bulan terpuruk bagi saya. Bagaimana tidak, berbagai masalah langsung menghujam secara bersamaan sehingga membuat saya bisa dibilang stres.
Kerja gak ada semangat, ngapain apapun gak ada gairah, dan inginnya hanya tiduran sambil main game. Melalui hari-hari yang kelam.
Di akhir pekan atau hari libur saya seringnya ke Solo mencari tempat bercerita, atau pulang ke rumah mencari tempat yang nyaman.
Untungnya saya mempunyai seseorang yang pengertian, mau mendengarkan segala sambat, dan kelakuan saya. Bersyukurnya saya.
Hingga bulan lalu saya memutuskan berhenti dari pekerjaan di penghujung tahun, untuk berhenti sejenak.
Pada akhirnya saya mempelajari suatu hal, tentang perasaan. Yaitu kita semua berhak bersedih, lupakan semuanya kegembiraan dan kebahagiaan yang berseliweran dan bukan milikmu lalu larutlah dalam kesedihan.
take a sad song and make it better ~
Kalau bisa dan sebaiknya carilah seseorang yang bisa ada secara fisik dan mau mendengarkan segala masalahmu, jangan dipendam sendirian. Cobalah memberi tahu orang lain bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja.
Dan sebagai orang kedua, jika menemui orang yang sedang ada masalah berat. Cobalah dengarkan apa yang sedang dia curhati, jadi pendengar yang baik. Diammu saat dia bercerita lebih melegakan daripada nasihat. Karena kebanyakan orang suka memberi nasihat di waktu yang kurang tepat.
Hibur dia dengan meng”gakpapa”kan keadaannya dan jangan malah memberi semangat positif yang berujung toxic positivity.
“gakpapa kok ini semua akan baik-baik aja” akan lebih diterima dan menyenangkan pemilik masalah daripada “semangat dong, baru gitu juga. Ada lho yang lebih berat masalahnya“.
Masalah orang-orang itu beda-beda. Kita gak tau.