
Adya sampai bosan mendengarkan cerita ini, biasanya aku bilang ke dia pas lagi motoran karena kepikiran lagi sesuatu terus ujung-ujungnya ngomong ini berkali-kali sampai dia akhirnya protes, “kamu ini udah ngomong kayak gini berapa kali” hahaha
Aku sering membayangkan manusia dulu sepertinya tingkat peace of mindnya lebih tinggi daripada manusia yang hidup di jaman sekarang. Manusia dahulu yang sebelum ada revolusi industri, sebelum bisa membuat apa-apa dengan teknik yang canggih. Masalah utamanya mungkin hanya bagaimana caranya bisa makan, dan survive dari binatang buas agar tidak dimangsa.
Kebutuhan pokok dan kegiatannya sesuai dengan dasar kebutuhannya sekarang, yang dibutuhkan di hari itu juga. Pagi pergi memancing, berburu dan panen hasil bumi untuk dikonsumsi, di malam hari mencari tempat teduh dan aman untuk hidup di hari esok.
Beda dengan manusia sekarang yang dari sudut pandangku semakin ke sini semakin banyak-banyakan. Banyak-banyakan pendapatan, banyak-banyakan menghasilkan yang sebenarnya juga ga langsung dipakai. Pikirannya terlalu jauh ke depan, apa-apa dipikirin dan apa-apa jadi bahan pikiran.
Dulu waktu masih SD saat belajar kebutuhan manusia yang dibedakan menjadi tiga bagian, aku menangkap dengan sederhana kebutuhan primer manusia. Kebutuhan yang utama meliputi tempat untuk tinggal, makanan dan pakaian. Setelahnya ada kebutuhan sekunder dan tersier.
Seiring bertambah usia (meski usia masih di awal 20an) apa yang dirasa kebutuhan semakin samar. Apalagi semenjak sudah bekerja dan mendapatkan uang sendiri, pembeda antara kebutuhan dan keinginan itu tipis.
Hidup sudah kompleks dan tidak sederhana lagi, semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi agar masih bisa survive dan berkembang.
Entah apakah ini yang dinamakan perkembangan atau bukan.