
Kamu mestinya pernah mendengar atau bahkan bilang ke orang lain “buat cerita untuk anak cucu kelak” setelah menghadapi atau melakukan sesuatu. Di masa tua nanti mungkin akan banyak bahan cerita yang bisa kita ceritakan ke orang yang lebih muda bahkan jauh lebih muda usianya dari kita. Pertanyaannya, adakah yang mau mendengarkan ceritamu?
Aku sering prihatin jika mendapati orang tua yang kurang didengarkan, tiap aku pancing sedikit tentang apa selalu direspon panjang lebar. Tandanya banyak sekali cerita yang dipendam, ingin dikeluarkan tapi tidak ada orang yang tepat untuk mendengarkan ceritanya.
Jika bertemu orang tua di jalan atau di tempat manapun, cobalah sesekali untuk basa-basi menanyakan sesuatu, entah dari ngapain, sudah makan atau belum, lalu gali sedikit tentang topik yang relate dengannya. Siapkan telinga jika balasannya panjang.
Menjadi tua itu kepastian, namun sifat yang dibawa itu pilihan. Kita bisa menjadi tua dengan semakin tua semakin menyebalkan atau semakin tua semakin bijak.
Anak-anak yang sering dimarahi orang tua saat sedang bermain akan dianggapnya orang tua itu menjengkelkan. Akibatnya mereka akan enggan dekat dengan orang tua tersebut. Pas ketemu jangankan mendengarkan, tahu keberadaan si orang tua saja mungkin si anak-anak tersebut lari dan takut.
Beda cerita jika sedikit lebih memaklumi, anak-anak yang masih usia bermain kemriyek dan lari-larian di sekitaran masjid itu lumrah, namanya juga anak-anak. Membiarkannya saja sudah membuat anak-anak senang.
Dari sisi anak atau orang yang lebih muda juga sebaiknya paham mengenai hal ini, orang tua semakin tua itu semakin seperti anak-anak. Malah tidak mau ngalah.
Menjadi bijak melumrahkan satu sama lain butuh kebesaran hati, antara menjadi orang yang masih muda diam lalu mendengarkan orang tua bicara dan menjadi orang yang sudah tua diam lalu membiarkan anak-anak bermain.
Jika salah satu menggunakan empatinya, maka akan mengerti. Dan bahanmu cerita untuk anak dan cucu akan didengarkan, dengan indah seperti di khayalanmu.
Sabtu malam yang menyesal tidak pulang kampung
Sabtu, 7 November 2020
Kos, Gamping, Sleman
Yogyakarta